Kapuas, Potret Indonesia Terkini
Peristiwa yang kualami ini sempat buat detak jantung berasa cepat. Ceritanya begini…
Kami berangkat dari Palangka Raya Senin 14 April 2025 sekitar pukul 16.30 tujuan pertama menuju Buntok, Barito Selatan. Perjalanan dengan kecepatan 60-80 km/jam supir melajukan mobil “sejuta umat” yaitu Avanza Veloz. Beberapa kondisi jalan masih berlubang, di kanan kiri, mungkin karena hujan atau penyebab lainnya
Ditengah perjalanan, awan hitam yang sejak awal terlihat didepan mulai menumpahkan semua air hujan, intensitas deras dibarengi angin yang kencang.
Dikarenakan pandangan mengemudi sangat terganggu karena derasnya air hujan dibarengi dengan angin kencang, kami putuskan untuk berhenti disebuah warung yang menyediakan makan minum.
Terletak di Jalan lintas Bagugus – Lahei Mangkutup Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Tepat pukul 18.00 kami rehat diwarung tersebut. Kami pesan Indomie, kopi dan teh panas. Selesai makan, hujan belum juga reda. Jalanan depan kami terlihat sepi karena tidak sering kendaraan lalu lalang.
Sekira pukul 19.00, hujan mulai agak reda, dan kami putuskan lanjutkan perjalanan. Ok gasss begitu ucap rekan media, mengutip jargon Prabowo Gibran saat kampanye pilpres.
Sekitar 15 menit kami lajukan kendaraan, supir kami rasa mau buang air kecil. Ditengah gelapnya jalan dan masih hujan yang cukup deras laju kendaraan diperlahan. Saat itu dijalan hanya ada kendaaran kami dan sebuah carry pick up putih dengan rangka besi dibagian belakang yang saat itu kami salip. Awalnya pengemudi Bang Moko tak merasa curiga dengan Carry Pick Up putih tersebut. Meski sejak berada dibelakang kami nampak laju kendaraannya mengikuti kendaraan kami.
Ada sekitar 10 menitan lama perjalanan kendaraan ini menguntit. Laju kendaraan dipercepat karena kanan kiri jalan gelap dan hanya belukar, sampai terlihat dari jarak yang dekat sebuah rumah tanpa penerangan di kiri jalan bang Moko membelok ke arah halaman rumah tersebut. Niatnya mau buang air kecil. Tak disangka Carry Pick Up putih tersebut berhenti juga didepan kendaraan kami menyamping sejajar. Saat itu Bang Moko melihat supir pick up putih membuka pintu dan turun dan bersiap menghampiri kami. Perawakannya sedang tidak tinggi dan berjaket gelap.
Secara reflek dan dirasa mencurigakan bang Moko mundurkan kendaraan dan kembali kejalan untuk menghindari orang tersebut. Kendaraan kami pun melaju dan dari spion Carry Putih hampir tak terlihat. Tapi itu tak seberapa lama karena sebelum jembatan desa Gawing Carry Putih nampak mendekat sehingga laju kendaraan dipacu lebih cepat, sambil kami mencari adakah rumah warga atau warung yang terang dan banyak orang.
Sekitar 1-2 km setelah jembatan desa Muroi Raya kami melihat warung buka dan terlihat ramai warga. Setir langsung banting kiri dan parkir. Kami coba tidak keluar mobil dulu sampai kami lihat Carry pick up Putih melintas melewati kami, dan anehnya tidak ikut berhenti seperti awal tadi.
Dirasa aman, kami turun diwarung tersebut. Lokasi warung berada di jalan lintas Palangkaraya – Buntok, Muroi Raya, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Ada sekitar 4 warga. 2 pemilik warung dan 2 warga lainya. Setelah memesan minuman kopi dan teh panas. Seorang warga bertanya tujuan kami dan darimana kami.

Kami jawab dan ceritakan apa yang baru saja kami alami. Diluar dugaan, ternyata apa yang kami alami, cerita warga juga mengamini bahwa jalan lintas hingga Bukit Batu pernah ada beberapa kejadian upaya pencurian kekerasan, dan lainnya. Semua cerita ini harus kami konfirmasi ke pihak berwajib, polisi dan pihak pengurus desa yang mungkin memiliki sejumlah laporan kejadian Curas (pencurian dengan kekerasan) dijalan lintas. Kami perlu data, meski kami alami faktanya. Yaitu ada upaya yang kami duga kuat akan lakukan kejahatan.
Warga juga membantu kami memberikan nomer Babinsa di wilayah tersebut yang pos Koramil tidak jauh dari warung tempat kami berhenti.
Atas beberapa masukkan rekan kami putuskan untuk istirahat di rumah warga.
Mobil kami parkirkan di belakang warung.
Esok pagi sekitar pukul 06.00 kami lanjutkan perjalanan. Melihat Pos Koramil 1011/08, kami berhenti. Di Pos ini kami diterima oleh Rohman. TNI yang berdinas. Kami informasikan semua yang kami alami.

Semoga apa kami sampaikan bisa menjadi masukan. Harapannya bisa mencegah kejahatan sebelum ada korban.
Hanya sekitar 15 menit kami berbincang dengan Rohman. Kemudian perjalanan kami lanjutkan.
Kerawanan akan terjadi bila tidak ada upaya pencegahan dan tak menutup kemungkinan jatuh korban. Korban kejahatan bukan soal apes atau sial dijalan tapi karena memang timbul bila ketidak amanan dibiarkan. Semua dikembalikan kepada pengambil kebijakan untuk bisa berikan perhatian.
Omongan warga, kami selalu bawa Parang atau Mandau Pak, buat jaga-jaga.
Apa iya harus seperti itu?
Penulis : Frida Magdalena
Editor : Endharmoko