Fenomena dan Makna Natal : Ajaran Kristus Tidak Menciptakan Kasta

Bulan Desember seperti pada umumnya kegiatan Ke Kristenan banyak terkonsentrasi pada Perayaan Natal. Hari Dimana umat Kristen dapat mengekspresikan rasa sukacita atas kelahiran Yesus, Sang Juruselamat umat manusia. Meskipun tentunya ada sekelompok komunitas yang lebih menekankan pentingnya perayaan paskah dibandingkan dengan perayaan Hari kelahiran Sang Penebus

Oleh anugerahNYA, penulis pada jelang akhir tahun 2024 ini dapat hadir memenuhi undangan perayaan Natal. Dibeberapa forum kelembagaan Kristen maupun organisasi gereja yang berada di wilayah Kota Bandung dan sekitarnya.
Sebagian umat menyelenggarakan dalam bentuk acara kemeriahan dengan berbagai

pentas pertunjukkan rohani didalamnya. Ada pula yang melaksanakan secara sederhana dengan menitik beratkan kepada mempererat hubungan kasih diantara sesama saudara seiman sebagai bagian dari anggota keluarga dalam Kristus. Puji Tuhan di era masa pemerintahan baru ini umat Kristen dapat menyelenggarakan dalam suasana kondusif.
Jika perayaan Natal bagi umat Kristen yang berdomisili di kota-kota besar terselenggara dipenuhi dengan pernak pernik panggung, penata cahaya yang gemerlap sementara para pengunjung sebagian menggunakan pakaian modis. Lalu bagaimana dengan Perayaan Natal di kalangan komunitas pinggiran kota?, pedesaan? Jelas, terlihat sangat kontras dengan gemerlapnya ‘lampu hiasan’ kota. Jenis hidangan atau jamuan makan yang seringkali disajikan oleh penyelenggaran

pada acara tersebut pun berbeda.
Beberapa waktu lampau… Penulis sempat diundang juga pada perayaan Natal yang notabene sangat sederhana. Kondisi dan jumlah jemaat sangat terbatas. Apalagi jika bicara pernak pernik hiasan dan sarana prasarana amat minim.
Tepatnya di kompleks perumahan sangat sederhana (RSS) yang terletak di sebuah perbukitan gersang, wilayah Kabupaten. Seorang Pendeta beserta isteri dan anaknya menempati sebuah rumah tipe 18. Pendeta yang pekerjaannya sehari hari menerima layanan dan pesanan pembuatan stempel /cap di pinggiran salah satu toko di sekitar alun alun.

Rumah yang masih beralaskan lapisan semen tanpa ubin atau keramik. Bagian depan terdapat ruangan sekitar antara 2,5 – 3 Meter2 yang dipergunakan untuk pelaksanaan ibadah perayaan Natal. Lebih ke dalam tampak sebuah kamar

tidur dan di sampingnya terdapat juga sebuah tempat tidur kecil yang terbuat dari kayu bekas peti tempat paku.

Perayaan Natal pun berlangsung dihadiri oleh:  istri dan anaknya, sebuah keluarga yang menjadi tetangga sang Pendeta serta seorang kawan Pendeta dari salah satu sinode ada bersama kami saat itu.
Tampak sebuah pohon cemara plastik kecil dihiasi oleh guntingan kertas warna-warni. Di bawahnya terdapat 2 atau 3 kotak batu bata merah terbungkus oleh kertas kado.
Perayaan NATAL sangat sederhana yang dihadiri hanya sekitar 6- 7 orang duduk beralaskan kertas koran bekas. Secara sepintas tidak ada yang istimewa, tetapi bagi kami meninggalkan kesan dan pesan yang tidak mudah dilupakan
Sebuah realitas, perbedaan kontras yang tentunya sering kali kita jumpai. Perbedaan antara umat Kristen di

perkotaan yang mumpuni dengan suasana di pinggiran yang kadang kurang mendapatkan perhatian.

Perenungan:  Teringat akan pesan Rasul Paulus. Hendaknya saudara seiman yang berkelebihan membantu atau menanggung mereka yang kekurangan supaya terjadi keseimbangan di antara jemaat atau gereja Tuhan meskipun berada di lokasi berbeda.
II Korintus 8:13-14:  “Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan”.

Seni merangkai kebersamaan dalam pembangunan Tubuh Kristus masih menjadi pekerjaan rumah atau “PR” dalam iman Kristen

Di tengah terjadinya ketimpangan, slogan dan kotbah tentang ‘unity’ sering dikumandangkan di kalangan Kristen. Bukan materi topik yang asing didengar oleh umat Kristen pada abad ini.

Ajaran Kristus seyogyanya tidak menciptakan kasta-kasta baik dari sisi sosial, ekonomi maupun latar belakang pendidikan. Termasuk juga dalam melayani pekerjaan Tuhan, bukan hanya untuk membangun sekat benteng-benteng keangkuhan.
Harapan kiranya umat Kristen di tengah bangsa yang kita cintai akan lebih menekankan makna dan arti terdalam dari sebuah “NATAL.”
Pusatkan setiap kegiatan perayaan Kristen dalam kemurnian serta Kasih hanya bagi kepentingan Kristus.
Seperti pernyataan Yohanes Pembaptis: Yohanes 3:30  Ia harus makin

besar, tetapi aku harus makin kecil.
Luaskan Yesus Kristus Tuhan bukan sebagai ‘ bayi di palungan’,  namun hendaknya diluaskan semakin berkuasa dalam diri seiring proses pertumbuhan rohani.
Selamat Natal, kami ucapkan dan kiranya Kasih Karunia Kristus makin melimpah bagi kita semua.

Ps. Lukman Pandji – Bandung

Berita Lainnya