Mengingat: Keterampilan Berpikir yang Tidak Boleh Dianaktirikan

Oleh: Dr. Abednego Tri Gumono, M.Pd.

 

Dalam kurikulum pendidikan nasional setidaknya terdapat dua aspek penting yang menjadi fokus pendidik dalam mengembangkan pembelajaran. Fokus tersebut yaitu Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut dengan High Order Thinking Skill (HOTS) dan Pembelajaran Berbasis Projek (PJBL). Kedua aspek ini menjadi pilar utama untuk meningkatkan kualitas lulusan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) memandang bahwa untuk mewujudkan Indonesia Emas serta menghadapi situasi pendidikan berwawasan global diperlukan pengembangan pembelajaran yang maju dan bermutu. Sedemikian penting pencapaian kualitas pendidikan itu sehingga pembelajaran berbasis projek saat ini banyak dilakukan oleh para guru. Banyak sekolah yang menawarkan luaran berupa produk dari proses pembelajaran yang diimplementasikan sehingga sekolah-sekolah berlomba menampilkan identitasnya dengan PJBL ini. Hal ini sangat masuk akal sebab dalam PJBL termuat proses belajar dengan kemampuan berpikir komprehensif, misalnya proses inkuiri, keragaman cara belajar, investigasi isu dan topik melalui mata ajar terintegrasi, eksplorasi, evaluasi, interpretasi, dan mensintesis. Di samping itu, PJBL juga memerhatikan konteks belajar siswa sehingga membentuk pembelajaran yang bermakna. Dengan kata lain, dalam PJBL termanivestasikan proses berpikir tingkat tinggi (HOTS).

Namun demikian, salah satu ranah kognitif yang tidak boleh diabaikan adalah mengenai keterampilan mengingat sebagai level pertama dalam taksonomi Bloom. Dalam kurikulum yang semakin berkembang level mengingat dan memahami seakan-akan sedikit tertutup awan level berpikir tingkat aplikatif. Sebagai suatu contoh, pembelajaran bahasa dengan pendekatan struktural yang lebih mengutamakan performansi bahasa daripada kompetensi bahasa. Pengetahuan struktur bahasa tidak lagi menjuadi pembahasan utama, padahal pemahaman terhadap struktur gramatika adalah fondasi penting. Oleh karena itu, mengingat sebagai dasar dari kompetensi tingkat tinggi, seharusnya menjadi perhatian utama juga.

Dalam Wawasan Dunia Kristen, mengingat adalah sebuah keutamaan. Pada hakikatnya, setelah kejatuhan manusia di dalam dosa, manusia cenderung melupakan dan abai dalam mengingat. Oleh karena itu, kemampuan mengingat sebenarnya adalah inisiatif Allah, bukan manusia. Hal tersebut dapat dimengerti dalam sejarah bangsa Israel ketika menuju Tanah Perjanjian. Bangsa Israel sering melupakan perintah Allah. Sebagai akibatnya mereka menerima hukuman Allah. Setiap kali bangsa Israel melupakan hukum Allah, setiap kali juga mereka mengalami hukuman. Dengan demikian, aspek mengingat itu sangat penting sehingga Allah berfirman dalam kitab Ulangan 6: 6-7 yang berbunyi “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Demikian pula dalam sejarah perjalanan raja-raja Israel, dari 41 raja, terdapat 31 raja yang melupakan Tuhan sehingga mereka bersama bangsanya ditindas musuh dan dibuang ke Babel. Kutipan ini menunjukkan betapa mengingat menjadi perkara yang sangat serius bagi manusia.

Dengan mengingat, seseorang dapat menjadi lebih pintar memahami sesuatu dan dapat melakukannya. Bagaimana dapat melakukan jika seseorang tidak mengingat.

Mengingat menjadi dasar/fondasi dalam aktivitas berpikir tingkat selanjutnya. Untuk dapat menyusun karya sebagai produk pembelajaran, siswa harus mengingat sejumlah prosedur, memahami dan baru dapat menerapkan. Walaupun mengingat dan memahami berada dalam keterampilan berpikir yang sederhana, namun keterampilan ini harus tetap diperhatikan karena perannya dalam memberikan landasan/pijakan bagi kemampuan berpikir tingkat yang tinggi. Dalam pembelajaran menulis baik fiksi maupun nonfiksi, siswa harus mampu menguasai sejumlah persyaratan menulis kalimat dengan struktur yang benar. Siswa harus memperhatikan penulisan kata, frasa, dan aturan penulisan sehingga kalimat yang disusun menjadi kalimat yang efektif. Kemampuan memperoduksi karya tulis mustahil dapat dicapai dengan produk terbaik tanpa mengingat, tanpa memiliki pengetahuan tentang bahasa yang sungguh sistemik itu.

Di tengah derasnya pembelajaran berbasis projek, Unsur mengingat dapat memperoleh porsi yang cukup. Hal yang dapat dilakukan adalah perhatian guru terhadap proses. Melalui pendampingan proses, guru dapat mengecek, mengevaluasi, dan membenahi aspek-aspek yang bersifat teoretis. Dalam pembelajaran menulis, guru dapat memberikan bimbingan kepada siswa tentang teknik penulisan mulai dari kata hingga wacana. Dengan cara itu, level keterampilan mengingat dan memahami tetap dapat terjaga sebagai fondasi kemampuan berpikir tingkat tinggi para siswa.

Tentang Penulis

Dr. Abednego Tri Gumono, M.Pd.

Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Tangerang

Berita Lainnya