Novel Terbaru Padmono : “Mencintai Negeri Para Pembenci”

Sebuah Novel terbaru karya Padmono Sastrokasmojo berjudul “Mencintai Negeri Para Pembenci”. Terbit 20 Mei 2025.

Novel ini ditulis secara simultan ketika Padmono diajak menulis buku perjalanan hidup Djoko Sudyatmiko, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Golkar (Golongan Karya) tahun 1971 – 1992.

Padmono berteman dan dekat dengannya ketika menjadi wartawan yang meliput DPR tahun 1980-an. Sebagai bahan menulis ia diberi buku tentang keluarganya berjudul The World on Fire yang ditulis Rynaldy, anak mas Djoko.

Setelah dibaca, Padmono katakan kepada mas Djoko “Buku ini, bagus difilmkan”. Dijawab Mas Djoko “bikin novel Pad”. Padmono tidak komentar dan waktu itu tidak langsung tertarik.

Baru dalam perjalanan menulis, ketika menggali bahan-bahan membaca buku-buku dan berbagai dokumen, Ia tergerak untuk menulis novel ini.

Menurutnya Ada banyak hal yang harus diungkapkan dan sejak awal Padmono menetapkan judul novel ini MENCINTAI NEGERI PARA PEMBENCI.

“Mencintai Negeri Para Pembenci” terbit 20 Mei 2025

Alur ceritanya memang berkisar di daerah Pati lalu ke Semarang. Itu juga yang terjadi pada orangtua mas Djoko, menjadi pengusaha kecap di Pati kemudian pindah ke Semarang ketika Clash II (kedua) (1949). Clash itu perang dengan Belanda tahun 1949. Dan Clash I (pertama) tahun 1947/1948.

Dalam novel ini Penulis mengembangkan cerita, memadukan budaya Cina dan Jawa, memadukan kejawen dengan ajaran Konghucu. Di situ juga tampil tokoh fiktif yang merupakan keturunan dari Sunan Ampel, Bong Swie Ho untuk membuat harmoni kehidupan.

Untuk menulis novel ini Penulis pergi ke Lasem, Rembang, Pati dan Jepara untuk merasakan hawa kehidupan di sana. Di Daerah pecinan di Lasem, ada data yang menarik seperti surat menyurat perdagangan batik dari zaman sebelum kemerdekaan. Semua itu memperkaya novel ini. Dan juga kerusuhan sosial di Sala (Solo – Red) yang Penulis saksikan, menambah warna novel ini. Penulisan yang benar untuk Solo sebenarnya adalah Sala namun dalam perkembangannya masyarakat menyebutnya Solo.

Untuk menguatkan penulisan ini Padmono membuat reeferensi berupa data dan peristiwa sebagai lampiran. Pembaca bisa melihat dan membayangkan betapa negeri ini memang menyimpan kebencian. Seperti bara tersimpan dalam gundukan sekam.

Namun harus diakui dengan jujur, novel ini hanyalah satu perspektif dalam melihat keberadaan para warga keturunan. Ada sisi lain yang tidak diungkap dan hanya disinggung dan dikatakan bahwa perilaku yang kadang menyakiti itu adalah manipulasi dari sebuah ajaran. Apa itu?

Silakan baca novel ini.

Tentang Penulis 

Padmono Sastrokasmojo, lahir di Solo 19 Juni 1953. Tamat dari Sekolah Tinggi Teologia Jakarta tahun 1978. Sejak Mahasiswa sudah gemar menulis. Tahun 1977 karyanya berupa naskah drama anak-anak berjudul SUARA TANGIS DARI GARDU diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia. Tahun 1979 menjadi wartawan SINAR HARAPAN (SH) hingga koran itu dicabut SIUPPnya tahun 1986. Di Sinar Harapan Minggu, Ia menulis cerita menarik dengan tokohnya Karto Dlongop. Selepas dari SH, Ia menjadi penulis freelance. Bukunya TEKNIK JURNALISTIK diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia tahun 1990 dan mengalami tiga kali cetak ulang.

Novelnya berjudul SURIP dan BIOLA BAPAKNYA dimuat di harian SINAR HARAPAN yang terbit tahun 2000. Novel lainnya pun sudah terbit. DUNIA KARTINI (2006), NYEWU, MAMPIR NGOMBE dan NYADRAN. Sudah terbit berturut turut sebagai trilogi yang berbasis budaya Jawa (2023). ASMARA DIBALIK.NUSANTARA yang mengisahkan percintaan Tribuana Tunggadewi dan mahapatih Gajahmada (2023) lalu trilogi BABAD NGORO, BABAD BONDO dan BABAD KARANGJOSO (2024) yang mengisahkan penginjilan pribumi di Jawa Timur, sekitar Muria dan Bagelen – Purworejo. INJIL MARIA MAGDALENA (2025) dan yang terbaru MENCINTAI NEGERI PARA PEMBENCI (20 MEI 2025)

Sumber : Padmono

Editor : Endharmoko

Berita Lainnya